BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kebiasaan
merokok telah menjadi salah satu problem sosial paling serius dipenghujung abad
ini. Di kalangan remaja dan anak usia sekolah, kebiasaan mengkonsumsi produk
tembakau itu bahkan telah sampai pada tingkat yang sangat memprihatinkan.
Selain
itu merokok juga merupakan suatu kebiasaan buruk yang sudah membudaya sejak
lama di indonesia. Harus ditanamkan di kalangan remaja bahwa risiko kesehatan
yang harus dihadapi bila mereka merokok adalah tinggi. Dan juga rokok sendiri
kerap dituding sebagai salah satu penyebab seseorang menjadi pengguna zat
alkohol dan zat berbahaya lainnya
Faktanya kita
semua mengetahui bahwa kebiasaan merokok adalah kebiasaan buruk dan
mempengaruhi kesehatan manusia. Merokok tidak hanya membahayakan diri perokok
sendiri, melainkan juga mengancam kesehatan orang sekitarnya. Seharusnya hak
perokok berhenti saat berhadapan dengan hak bukan perokok. Ia harus sadar bahwa
meski rokok dibeli dari kantong sendiri, namun saat ia merokok di dekat orang
yang tidak merokok, ia telah melanggar hak hidup orang lain yang tidak merokok.
Karena orang yang tidak merokok ingin menghirup udara segar bebas penyakit
akibat dari asap rokok.
Kebiasaan
merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi perokok, namun di lain pihak
dapat menimbulkan dampak buruk bagi perokok sendiri maupun orang-orang
disekitarnya. Berbagai kandungan zat yang terdapat di dalam rokok memberikan
dampak negatif pada tubuh penghisapnya. Sekarang ini kegiatan merokok juga
banyak dilakukan oleh remaja yang biasanya dilakukan di depan orang lain,
terutama dilakukan di depan kelompoknya karena mereka sangat tertatik kepada
kelompok sebayanya atau dengan kata lain terikat dengan kelompoknya. Hal
ini sebenarnya telah diketahui oleh remaja khususnya dan umumnya masyarakat
dunia, bahwa merokok itu mengganggu kesehatan. Masalah rokok pada hakekatnya
sudah menjadi masalah nasional,bahkan internasional.
Pemerintah
tentunya juga tidak tinggal diam atas fenomena banyaknya kebiasaan merokok pada
kalangan masyarakat,khususnya kalangan remaja yang masih berstatus pelajar.
Selain kebijakan-kebijakan pemerintah akan larangan merokok diberbagai tempat
umum seperti rumah sakit, di kantor-kantor, lingkungan sekolahan, serta tempat
umum lainnya tentunya pemerintah juga mengeluarkan peraturan yang sah seperti
Peraturan Pemerintah RI Nomor 81 Tahun 1999 tentang “Pengamanan Rokok Bagi
Kesehatan” yang dikeluarkan resmi oleh Presiden.
Masalah
perilaku mengkonsumsi rokok tidak hanya terjadi pada kalangan remaja ataupun
kalangan pelajar pada masyarakat kota metropolis saja, akan tetapi sehubungan
dengan berbagai pengaruh dan perilaku remaja karena pergaulan, maka pemuda atau
remaja bahkan pelajar di pedesaan saja juga telah banyak yang melakukan
kegiatan merokok.
Perilaku merokok dikalangan remaja
sepertinya sudah menjadi trend yang buruk. Banyak sekali sugesti negatif di
benak remaja, seperti contoh ketika diwawancara murid SMPN 43 Bandung menyatakan bahwa kalau tidak merokok tidak
gaul, tidak merokok tidak gentle, tidak merokok tidak keren dan masih banyak
lagi sugesti yang salah di benak mereka. Kasus merokok di SMPN 43 termasuk
kasus yang ditemukan pada kelas 7, 8 atau pun kelas 9 walaupun tidak banyak
tapi ada ditemukan. Ada yang merokok di toilet, di pojok-pojok sekolah atau di
jalanan arah ke sekolah. Mereka kebanyakan mulai merokok ikut-ikutan teman yang
sudah pandai merokok. Mereka terbujuk dan akhirnya ikut komunitas merokok.Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak
remaja merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok
juga dan demikian sebaliknya.Bahaya merokok seakan-akan diabaikan oleh para
remaja, padahal mereka tahu akan
bahaya-bahayanya, dan juga didalam bungkus rokok yang mereka baca seakan-akan
tidak diperdulikannya.
Berpijak dari
kasus-kasus merokok dikalangan remaja khususnya di SMPN 43 Bandung maka penulis
ingin menuangkannya dalam makalah yang berjudul PERILAKU
MEROKOK PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (STUDI KASUS TERHADAP SISWA KELAS
VIII).
Dengan harapan melalui makalah ini
banyak remaja atau para siswa SMPN 43 Bandung tersadar akan bahaya merokok
untuk diri sendiri dan dapat mensosialisasikannya kepada teman-temannya tentang
bahaya merokok.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1.
Bagaimana kebiasaan merokok pada peserta didik kelas
VIII SMPN 43 Bandung Tahun Pelajaran 2017-2018 ?
2.
Apa saja faktor yang menyebabkan peserta didik merokok
?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah
:
1.
Untuk mengetahui kebiasaan merokok pada peserta didik kelas VIII SMPN 43
Tahun Pelajaran 2017/2018.
2.
Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan kebiasaan
merokok pada peserta didik kelas VIII SMPN 143Tahun Pelajaran 2017-2018.
3.
Memberikan solusi terhadap masalah merokok di SMPN 43
Kota Bandung.
D. Manfaat Penulisan
Hasil penulisan
diharapkan dapat bermanfaat secara teoritas
maupun praktis sebagai berikut :
1. Secara
Teori
Penulisan ini
diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pendidikan,
khususnya mengenai kebiasaan merokok pada peserta didik kelas kelas VIII SMPN 43 Tahun Pelajaran
2017-2018 ?
2. Secara
Praktis
Adapun manfaat
praktis tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
Bagi peserta didik
Dapat membantu peserta didik dalam bertingkah laku
yang baik dan tepat sesuai dengan yang ada dalam masyarakat serta peserta didik
mampu menerapkannya dalam permasalahan ini.
Bagi guru
Dapat bekerja
sama untuk memberikan perhatian yang cukup dan bimbingan dalam konteks mengenai
kebiasaan merokok sehingga peserta didik dapat terarah lebih baik.
Bagi sekolah
Hasil penulisan
ini dapat digunakan sebagai bahan informasi mengenai kebiasaan merokok peserta
didik agar terarah lebih baik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perencanaan
Rencana
pelaksanaan studi yang saya lakukan di lapangan SMPN 43 Kota Bandung tanggal 02 September 2017 sebagai berikut
:
1. Mengenali
gejala
Berdasarkan
wawancara di SMPN
43 Kota Bandung sering dijumpai peserta didik yang mempunyai
kebiasaan merokok disebabkan peserta didik mengikuti pengaruh pergaulan dengan
teman sebayanya yaitu
murid di salah satu SMP Swasta di Kota Bandung. Pada awalnya peserta
didik belum mengenal rokok serta belum merasakan bagaimana rasa rokok itu, akan
tetapi karena pengaruh dengan teman sebayanya sehingga peserta didik tertarik
dengan rokok dengan motivasi coba-coba dan didorong oleh keinginan ikut-ikutan
serta dalam pergaulan bebas.
2. Membuat
deskripsi kasus
Veyza adalah siswa
kelas VIII SMPN 43 Kota Bandung. Ia berasal
dari keluarga menengah ke
bawah , ayahnya pedagang ayam potong dan ibunya seorang guru honor paud. Jarak tempat tinggal kurang lebih 1
km dari rumah ke sekolah, sebagai anak pertama semula orang tuanya berharap
agar anaknya setelah pulang dari sekolah ia bisa menjaga adiknya yang masih
kecil. Sejak bergaul dengan murid salah satu sekolah swasta di Kota Bandung tersebut (cenderung anak nakal ) ia mengikuti kebiasaan mereka yaitu
ikut-ikutan merokok secara sembunyi-sembunyi di lapangan, awalnya
ia coba-coba tetapi lama kelamaan menjadi kecanduan. Akhirnya waktu untuk
belajar menjadi males karena ia lebih penting untuk merokok, tetapi lama
kelamaan ia merasa bosan bahwa merokok itu tidak enak dan rasanya pahit. Ia
mengakui bahwa selama ini apa yang dilakukan tidak baik serta dapat merugikan
diri sendiri( boros uang). Bahkan jika uangnya sudah habis namun veyza ingin merokok dia tidak
segan-segan untuk meminta uang pada adik kelas atau teman-temannya dengan
alasan untuk jajan makanan padahal usai pulang sekolah dibelikan rokok.
3. Aspek/
bidang-bidang masalah
Bidang masalah
yang dihadapi adalah masalah sosial dikarenakan klien pengaruh
lingkungan pertemanannya disekitar yang tidak mendukung sehingga membuat
klien tertarik merokok dengan motivasi coba-coba
dan didorong oleh keinginan ikut-ikutan.
4. Jenis-jenis
masalah
Berdasarkan
deskripsi kasus diatas maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa jenis
masalah yang dialami klien adalah masalah kebiasaan merokok sehingga dalam
pembelajaran biasanya menjadi malas untuk belajar, lupa waktu untuk tidak
mengerjakan PR, suka mengacuhkan perintah (mengabaikan), membuang-buang
uang untuk membeli rokok, tidak konsentrasi dalam penerimaan pelajaran,
hubungan antara keluarga menjadi renggang, boros untuk membeli rokok yang
akhirnya berdampak negatif seperti menjadi lupa untuk belajar sehingga
klien menjadi malas belajar karena terlalu banyak waktu
yang terbuang untuk merokok.
5. Analisis
masalah
Bedasarkan hasil
wawancara penulis mengambil kesimpulan bahwa klien yang bernama Veyza merupakan
peserta didik kelas VIII dari SMPN 43 Kota Bandung. Klien termasuk
peserta didik yang baik namun di karenakan pengaruh lingkungan pertemanannya
disekitar yang tidak mendukung maka membuat klien ini menjadi kebiasaan
merokok. Klien awal mula tertarik dengan merokok dari kelas VII dengan motivasi
coba-coba dan adanya dorongan pengaruh dengan teman sebaya atau teman
sepergaulan. Hal ini klien merokok berawal dari coba-coba untuk
menunjukkan jati dirinya, maka lama kelamaan menjadi sebuah kebutuhan yang
dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi perokok, tanpa menghiraukan dampaknya
bagi diri dan lingkungannya. Peserta didik beranggapan bahwa merokok itu enak
tetapi lama kelamaan merasakan tidak enak karena merasakan pahit serta mencoba
untuk berhenti. Deskripsi di atas menunjukkan bahwa meskipun dampak merokok
sangat tidak baik bagi pengguna maupun orang lain, namun kebiasaan merokok
dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi perokok, namun di lain pihak dapat
menimbulkan dampak buruk bagi perokok sendiri maupun orang-orang disekitarnya.
B. Pengumpulan
Data
Untuk
mendapatkan data-data yang diinginkan dan yang
mendukung dalam penulisan ini maka ada
beberapa teknik pengumpulan data yang sesuai untuk digunakan dalam penulisan
ini yaitu :
1. wawancara
( interview)
Interview
berisikan pertanyaan-pertanyaan lisan yang ditanyakan oleh interview dan di
jawab oleh interviwi, yang bisa dimanfaatkan untuk menggali tentang keyakinan,
sikap dan pengalaman interviwi secara mendalam (Gall dkk 2003:222).
Berdasarkan
teori diatas dapat di simpulkan wawancara adalah mencari sebuah data dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk mendapatkan data yang lebih jelas dan
komplit tentang sesuatu baik dari konselor bahkan konseli itu sendiri. Masalah
konseli yaitu kebiasaan merokok pada peserta didik kelas VIII SMPN 43 Kota Bandung.
2. Angket
Angket adalah
sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia
ketahui(Suharsimi Arikunto,2006:151).
Angket
didefinisikan sebagai sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis tentang data
faktual atau opini yang berkaitan dengan diri responden,yang dianggap fakta
atau kebenaran yang diketahui dan perlu
dijawab oleh responden(Anwar,2009:167).
C. Identifikasi
Masalah
Beberapa masalah yang dapat
diidentifikasi dalam penulisan ini antara
lain
1.
Sesuai dengan permasalahan bahwa di SMPN 43 Kota Bandung ditemukan peserta
didik yang memilki kebiasaan merokok.
2.
Aspek kebebasan peserta didik khususnya peserta didik
kelas VIII di SMPN 43 Kota Bandung untuk memaknai seperangkat prinsip tentang benar dan
salah, yang wajib dan yang hak, apa yang penting dan apa yang tidak penting
belum diarahkan secara optimal.
D. Penggunaan
dan Pengolahan Data
Berdasarkan data
yang dikumpulkan dalam penelitian ini, kehidupan peserta didik SMPN 43 Kota Bandung yang
mengkonsumsi rokok dapat dijelaskan bahwa pola jawaban dan motivasi remaja
merokok adanya anggapan bahwa pengenalan gaya hidup remaja harus selalu
fleksibel, tidak apatis dan selalu mengikuti perkembangan gaya hidup modern.
Hal ini sesuai dengan pendapat Erikson (1968) menjelaskan bahwa masa remaja
adalah masa krisis pencarian identitas diri yang menunjukkan bahwa pada masa
ini individu dihadapkan pada tugas perkembangan yang utama yaitu menemukan
kejelasan identitas, terutama yang berhubungan dengan tugas-tugas perkembangan
selama masa remaja, meliputi penerimaan keadaan fisik, peran seks secara
sosial, membentuk hubungan baru dengan lawan jenis, kemandirian emosi dan
ekonomi, memilih pekerjaan, mengembangkan keterampilan intelektual, memilih
tata nilai yang menuntun perilaku, mengembangkan perilaku sosial dan
mempersiapkan perkawinan (Havinghurst, dalam Papalia, 1998). Erikson menamakan
proses tersebut sebagai proses mencari identitas ego (Monks, 1999).
BAB III
DIAGNOSA
A. Penyebab
Masalah
Setelah diadakan
konseling maka dapat diperoleh data-data yang menunjukkan bahwa faktor penyebab
peserta didik yang melakukan kebiasaan merokok adalah sebagai berikut :
a. Kepribadian
yang lemah
b. Ketidak
mampuan mengendalikan diri
c. Dorongan
ingin tahu, ingin mencoba-coba, ikut-ikutan
d. Tidak
memikirkan akan bahaya merokok, pergaulan bebas
e. Orang
tua kurang atau tidak ada komunikasi dan keterbukaan
f. Orang
tua acuh dan tidak mengadakan pengawasan
g. Orang
tua tidak perhatian, memberi kehangatan, kasih sayang dan kemesraan dalam
keluarga
h. Adanya
anggota kelompok sebaya yang menjadi pengedar merokok
Sehingga faktor
yang menyebabkan peserta didik merokok antara lain sebagai berikut :
Faktor kepribadian
Pelajar/ siswa
merokok dengan alasan ingin melepaskan diri dan rasa sakit baik fisik maupun
psikis, kebosanan dan sebagainya.
Kepribadian yang kurang kuat seperti merasa dirinya kurang sukses, kurang
hebat, kurang pandai bergaul akan mudah tergoda untuk merokok.
Faktor sosial
Lingkungan
mempunyai pengaruh yang cukup besar, misalnya karena teman-temannya pada
merokok maka ia ikut-ikutan merokok biar dianggap gaul, keren dan sebagainya.
Faktor farmakologis
Didalam rokok
mengandung nikotin, inilah yang menjadi biang keladi utamanya. Nikotin ini
setelah sampai ke otak melalui peredaran darah akan menginduksi dopamine yang
mengatur kesenangan dan kecanduan.
Pengaruh iklan
Iklan rokok
melalui media masa baik tulis maupun elektronik yang menampilkan gambaran bahwa
perokok adalah lambang kejantanan, mewah, membuat pelajar/ remaja sering
terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang dicitrakan di iklan.
Pengaruh orang tua
Salah satu
temuan tentang remaja/pelajar merokok adalah bahwa siswa yang berasal dari
keluarga perokok akan mudah menjadi perokok. Untuk itu perlu diperhatikan
karena orang tua harus dapat menjadi figur yang baik dalam
memberikan keteladanan pada anak- anaknya.
Ketidak tahuan akan bahaya
merokok
Ketidak tahuan
pelajar akan bahaya merokok akan
menimbulkan pemahaman yang slah tentang rokok seperti dikiranya dengan merokok
dapat membuat jadi pandai bergaul, terkesan lebih keren, dapat meningkatkan
prestasi belajar, dan sebagainya. Dan anggapan itu semua salah, justru
sebaliknya dapat mendatangkan berbagai penyakit yang berbahaya.
Berdasarkan
penyebab dan data- data yang telah didapat maka dapat disimpulkan
bahwa faktor- faktor penyebab peserta didik melakukan kebiasaan
merokok karena dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor kepribadian,
sosial, pengaruh iklan, dan pengaruh orang tua.
B. Dampak buruk
dari rokok bagi pelajar yaitu :
a. Konsentrasi belajar terganggu
Bagi pelajar
yang sudah terbiasa merokok, akan terganggu konsentrasi
belajarnya terutama di sekolah karena selama 5- 6 jam siswa berada di
sekolah harus menahan untuk tidak merokok padahal para perokok untuk tidak
merokok selama 5-6 jam merupakan waktu yang cukup lama. Di
samping itu karena pelajar belum mempunyai penghasilan maka suatu
saat akan kehabisan uang untuk memebeli rokok padahal keinginan merokok sangat
kuat sehingga pikiran jadi kacau. Kalau di biarkan terus menerus dapat menjadi
pemicu untuk berbuat negatif, misalnya mencuri atau tindakan tercela lainnya.
b. Menurunkan
prestasi belajar
Pelajar yang
terbiasa merokok, apalagi ia tergolong dari kalangan kurang mampu, dia akan
mengurangi uang jajan yang seharusnya untuk membeli makanan tetapi malah di
belikan rokok, akibatnya kebugaran tubuh akan merosot yang pada akhirnya akan
menurunkkan mutu belajarnya dan akibat yang lebih parah lagi kehilangan
semangat belajar.
c. Kecanduan
Pelajar yang
awal mula mungkin inginnya coba-coba, ikut-ikutan lama –lama akan kecanduan.
Kalau kondisi ini dibiarkan terus tidak mustahil ia akan meningkat mengkonsumsi
narkoba. Karena menurut beberapa pecandu narkoba pada umumnya dimulai dari kebiasaan
merokok
d. Pemborosan
Merokok
merupakan salah satu perilaku pemborosan, hanya sedikit manfaat dan bahkan tak ada
manfaat yang bisa diambil, justru keburukan yang akan diperoleh. Oleh karena
itu hindari merokok
agar hidup lebih sehat dan menyenangkan.
C. Kasus Yang Muncul
Berdasarkan
deskripsi kasus diatas menunjukkan bahwa klien yang bernama Veyza merupakan
peserta didik kelas VIII dari SMPN 18 Kota Bandung. Klien termasuk
peserta didik yang baik namun di karenakan pengaruh lingkungan pertemanannya
disekitar yang tidak mendukung maka membuat klien ini
menjadi merokok. Kasus yang muncul adalah Kebiasaan Merokok Pada
Peserta didik Kelas VIII SMPN 43 Kota Bandung.
BAB IV
PROGNOSIS
A. Pendekatan
konseling yang digunakan dalam intervensi kasus
Dalam
penelitian ini penulis menggunakan pendekatan behavior. Corey (2003: 198)
menyatakan bahwa pendekatan behavior tidak menguraikan asumsi-asumsi filosofis
tertentu tentang manusia secara langsung. Setiap manusia dipandang
memiliki kecenderungan-kecenderungan positif dan negatif yang sama. Manusia pada
dasarnya di dibentuk dan ditentukan oleh lingkungan sosial budayanya. Segenap
tingkah laku manusia itu
dipelajari.
Winkel
(2004: 420) menyatakan bahwa konseling behavioristik berpangkal pada beberapa
keyakinan tentang martabat manusia, yang sebagian bersifat falsafah dan
sebagian bersifat psikologis, yaitu:
a. Manusia
pada dasarnya tidak berakhlak baik atau buruk, bagus atau jelek.
b. Manusia
mampu untuk berefleksi atas tingkahlakunya sendiri, menangkap apa yang
dilakukannya, dan mengatur serta mengontrol perilakunya sendiri.
c. Manusia
mampu untuk memperoleh dan membentuk sendiri suatu pola tingkahlaku yang baru
melalui proses belajar.
d. Manusia
dapat mempengaruhi perilaku orang lain dan dirinya pun dipengaruhi oleh
perilaku orang lain
Disimpulkan
bahwa hakikat manusia pada pandangan behavioris yaitu pada dasarnya manusia
tidak memiliki bakat apapun, semua tingkahlaku manusia adalah hasil belajar.
Manusia pun dapat mempengaruhi orang lain, begitu pula sebaliknya. Manusia
dapat menggunakan orang lain sebagai model pembelajarannya.
B. Treatment
Memberi layanan Program Hebat dan konseling individual kepada klien sesuai kebutuhan
yang sebelumnya telah diberitahukan kepada klien. Dalam konseling konselor
selalu dapat memberikan arahan-arahan kepada klien yang bermasalah
tentang dampak dari hal-hal yang melanggar ketentuan norma dan moral. Misalnya
tentang bahaya rokok, narkoba, serta minuman keras dukungan, serta
memberikan dorongan dan keyakinan bahwa klien bisa mengurangi dan menghilangkan
kebiasaan merokoknya.
Dalam hal ini
Strategi konseling yang digunakan adalah strategi self management yaitu
perubahan perilaku untuk merubah kebiasaan buruk agar menjadi kebiasaan yang
baik.
Langkah- langkah
penyelesaian dalam menggunakan teknik pendekatan Behavior yaitu :
1.
Konselor menanyakan kepada klien tentang
kebiasaan merokoknya dalam satu hari berapa bungkus klien mengkonsumsi rokok,
lalu klien menjawab dalam satu hari ia mengkonsumsi 1 bungkus rokok. Disini
konselor tidak akan langsung meminta klien untuk berhenti merokok tetapi
konselor meminta klien dalam satu hari merokok 2 atau 1 batang. Karena
kecanduan merokok itu tidak akan langsung berhenti tetapi untuk
menghilangkannya yaitu dengan cara mengurangi merokok satu hari 2 atau 1
batang.
2.
Konselor mengarahkan kepada klien untuk
mengemil ataupun memakan permen sebagai pengganti merokok agar kebiasaan
merokok itu dapat hilang serta menjelaskan kepada klien tentang dampak merokok
karena dengan merokok dapat merusak kesehatan seperti jantung, paru-paru dll,
kemudian dalam pembelajarannya dapat terganggu sehingga konsentrasi belajar
menjadi terganggu dan menurunkan prestasi belajar, serta pemborosan dalam uang.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Merokok di
kalangan remaja khususnya siswa tidak dapat dipungkiri lagi sering terjadi.
Fase remaja adalah masa dimana ketergantungan terhadap teman sebayanya sangat
tinggi. Oleh karena itu, seringkali remaja (siswa) enggan untuk menolak ajakan
teman-teman sebayanya, termasuk juga untuk merokok. Siswa yang mau saja diajak
oleh temannya untuk merokok berarti dia tidak mempunyai ketegasan dalam
dirinya. Biasanya siswa yang merokok karena diajak temannya karena dia merasa
tidak enak kepada temannya atau dia merasa takut bila dijauhi oleh
teman-temannya.
Berdasarkan
penelitian menunjukkan bahwa Faktor yang mendorong peserta
didik kelas VIII di SMPN 43 Kota Bandung memiliki
kebiasaan merokok yaitu Berawal dari coba-coba dan menunjukkan jati dirinya,
sehingga lama kelamaan menjadi sebuah kebutuhan yang dianggap dapat
memberikan kenikmatan bagi perokok, tanpa menghiraukan dampaknya bagi diri dan
lingkungannya. Peserta didik beranggapan bahwa melalui rokok akan tampak gagah,
jantan dan diperhitungkan oleh lingkungan dalam kelompoknya. namun di lain
pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi perokok sendiri maupun orang-orang
disekitarnya.
B. Saran
Untuk
mengurangi resiko terhadap bahaya rokok maka kepada pihak sekolah agar
melakukan bimbingan dan konseling terhadap peserta didik terutama pada
laki-laki yaitu tentang bahaya merokok yang berpengaruh terhadap lingkungan dan
kesehatan. Pihak sekolah agar tegas dalam memberikan sanksi kepada peserta
didik yang merokok pada jam sekolah dan selalu berkomunikasi dengan orang tua.
Bagi peserta
didik sebaiknya menghentikan kebiasaan berperilaku merokok yang akan membawa
dampak pada kesehatan yang pada akhirnya menyebabkan rasa ketergantungan serta
peserta didik diharapkan untuk menjaga kesehatan fisik dan mental, dan
mengalihkan perhatian diri dari perilaku merokok.
Orang
Tua hendaknya lebih berhati-hati dalam memberi contoh perilaku dalam lingkungan
keluarga dan pengawasaan perilaku orang tua diharapkan menjadi bekal dalam
bergaul dilingkungan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
·
Anwar Sutoyo. 2009. Pemahaman Individu. Semarang: PT. Widya Karya
·
Arikunto suharsimi.2006. Prosedur Penelitian Sesuatu Pendekatan Praktik. Jakarta Renika
Cipta:Jakarta
·
Juntika Ahmad. 2005. Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung:
Refika Adita
·
Manastas,
Lagita.2007. Filosofi Rokok.
Yogyakarta : Katalog Dalam Terbitan.
·
Pusat Promosi
Kesehatan Departement Kesehatan Republik Indonesia.
·
Rahman, Arif.,
dkk.2005. Sosiologi. Yogyakarta : Saka Mitra Kompetensi.
·
Sudjadji,
Bagad.2005. Biologi Sains Dalam
Kehidupan. Surabaya : Katalog Dalam Terbitan.
·
Suharto. Majalah Kesehatan Keluarga. Jakarta :
P.T. Dian Rakyat.2008.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar