Rabu, 03 Juni 2020

MAKALAH : MEROKOK....STUDI KASUS TERHADAP SISWA..SEMOGA BERMANFAAT

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.     Latar Belakang

  Kebiasaan merokok telah menjadi salah satu problem sosial paling serius dipenghujung abad ini. Di kalangan remaja dan anak usia sekolah, kebiasaan mengkonsumsi produk tembakau itu bahkan telah sampai pada tingkat yang sangat memprihatinkan.

  Selain itu merokok juga merupakan suatu kebiasaan buruk yang sudah membudaya sejak lama di indonesia. Harus ditanamkan di kalangan remaja bahwa risiko kesehatan yang harus dihadapi bila mereka merokok adalah tinggi. Dan juga rokok sendiri kerap dituding sebagai salah satu penyebab seseorang menjadi pengguna zat alkohol dan zat berbahaya lainnya

Faktanya kita semua mengetahui bahwa kebiasaan merokok adalah kebiasaan buruk dan mempengaruhi kesehatan manusia. Merokok tidak hanya membahayakan diri perokok sendiri, melainkan juga mengancam kesehatan orang sekitarnya. Seharusnya hak perokok berhenti saat berhadapan dengan hak bukan perokok. Ia harus sadar bahwa meski rokok dibeli dari kantong sendiri, namun saat ia merokok di dekat orang yang tidak merokok, ia telah melanggar hak hidup orang lain yang tidak merokok. Karena orang yang tidak merokok ingin menghirup udara segar bebas penyakit akibat dari asap rokok.

              Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi perokok, namun di lain pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi perokok sendiri maupun orang-orang disekitarnya. Berbagai kandungan zat yang terdapat di dalam rokok memberikan dampak negatif pada tubuh penghisapnya. Sekarang ini kegiatan merokok juga banyak dilakukan oleh remaja yang biasanya dilakukan di depan orang lain, terutama dilakukan di depan kelompoknya karena mereka sangat tertatik kepada kelompok sebayanya atau dengan kata lain terikat dengan kelompoknyaHal ini sebenarnya telah diketahui oleh remaja khususnya dan umumnya masyarakat dunia, bahwa merokok itu mengganggu kesehatan. Masalah rokok pada hakekatnya sudah menjadi masalah nasional,bahkan internasional.

 

              Pemerintah tentunya juga tidak tinggal diam atas fenomena banyaknya kebiasaan merokok pada kalangan masyarakat,khususnya kalangan remaja yang masih berstatus pelajar. Selain kebijakan-kebijakan pemerintah akan larangan merokok diberbagai tempat umum seperti rumah sakit, di kantor-kantor, lingkungan sekolahan, serta tempat umum lainnya tentunya pemerintah juga mengeluarkan peraturan yang sah seperti Peraturan Pemerintah RI Nomor 81 Tahun 1999 tentang “Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan” yang dikeluarkan resmi oleh Presiden.

              Masalah perilaku mengkonsumsi rokok tidak hanya terjadi pada kalangan remaja ataupun kalangan pelajar pada masyarakat kota metropolis saja, akan tetapi sehubungan dengan berbagai pengaruh dan perilaku remaja karena pergaulan, maka pemuda atau remaja bahkan pelajar di pedesaan saja juga telah banyak yang melakukan kegiatan merokok.

Perilaku merokok dikalangan remaja sepertinya sudah menjadi trend yang buruk. Banyak sekali sugesti negatif di benak remaja, seperti contoh ketika diwawancara murid SMPN 43 Bandung  menyatakan bahwa kalau tidak merokok tidak gaul, tidak merokok tidak gentle, tidak merokok tidak keren dan masih banyak lagi sugesti yang salah di benak mereka. Kasus merokok di SMPN 43 termasuk kasus yang ditemukan pada kelas 7, 8 atau pun kelas 9 walaupun tidak banyak tapi ada ditemukan. Ada yang merokok di toilet, di pojok-pojok sekolah atau di jalanan arah ke sekolah. Mereka kebanyakan mulai merokok ikut-ikutan teman yang sudah pandai merokok. Mereka terbujuk dan akhirnya ikut komunitas merokok.Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan demikian sebaliknya.Bahaya merokok seakan-akan diabaikan oleh para remaja, padahal mereka  tahu akan bahaya-bahayanya, dan juga didalam bungkus rokok yang mereka baca seakan-akan tidak diperdulikannya.

Berpijak dari kasus-kasus merokok dikalangan remaja khususnya di SMPN 43 Bandung maka penulis ingin menuangkannya dalam makalah yang berjudul PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (STUDI KASUS TERHADAP SISWA KELAS VIII).

Dengan harapan melalui makalah ini banyak remaja atau para siswa SMPN 43 Bandung tersadar akan bahaya merokok untuk diri sendiri dan dapat mensosialisasikannya kepada teman-temannya tentang bahaya merokok.

B.     Rumusan Masalah

         Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1.        Bagaimana kebiasaan merokok pada peserta didik kelas VIII SMPN 43 Bandung Tahun  Pelajaran 2017-2018 ?

2.        Apa saja faktor yang menyebabkan peserta didik merokok  ?

C.    Tujuan Penulisan

Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah :

1.      Untuk mengetahui kebiasaan merokok pada peserta didik kelas VIII SMPN 43 Tahun Pelajaran 2017/2018.

2.      Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan kebiasaan merokok pada peserta didik kelas VIII SMPN 143Tahun Pelajaran 2017-2018.

3.      Memberikan solusi terhadap masalah merokok di SMPN 43 Kota Bandung.

D.    Manfaat Penulisan

Hasil penulisan diharapkan dapat bermanfaat secara teoritas maupun    praktis sebagai berikut :

1.      Secara Teori

Penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pendidikan, khususnya mengenai kebiasaan merokok pada peserta didik kelas kelas VIII SMPN 43 Tahun Pelajaran 2017-2018 ?

2.      Secara Praktis

Adapun manfaat praktis tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

Bagi peserta didik

Dapat membantu peserta didik dalam bertingkah laku yang baik dan tepat sesuai dengan yang ada dalam masyarakat serta peserta didik mampu menerapkannya dalam permasalahan ini.

 

 

 

Bagi guru

Dapat bekerja sama untuk memberikan perhatian yang cukup dan bimbingan dalam konteks mengenai kebiasaan merokok sehingga peserta didik dapat terarah lebih baik.

 Bagi sekolah

Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan informasi mengenai kebiasaan merokok peserta didik agar terarah lebih baik.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A. Perencanaan

Rencana pelaksanaan studi yang saya lakukan di lapangan SMPN 43 Kota Bandung tanggal 02 September 2017 sebagai berikut :

1.      Mengenali gejala

Berdasarkan wawancara di SMPN 43 Kota Bandung sering dijumpai peserta didik yang mempunyai kebiasaan merokok disebabkan peserta didik mengikuti pengaruh pergaulan dengan teman sebayanya yaitu murid di salah satu SMP Swasta di Kota BandungPada awalnya peserta didik belum mengenal rokok serta belum merasakan bagaimana rasa rokok itu, akan tetapi karena pengaruh dengan teman sebayanya sehingga peserta didik tertarik dengan rokok dengan motivasi coba-coba dan didorong oleh keinginan ikut-ikutan serta dalam pergaulan bebas.

2.      Membuat deskripsi kasus

Veyza adalah siswa kelas VIII SMPN 43 Kota Bandung. Ia berasal dari keluarga menengah ke bawah , ayahnya pedagang ayam potong dan ibunya seorang guru honor paud. Jarak tempat tinggal kurang lebih 1 km dari rumah ke sekolah, sebagai anak pertama semula orang tuanya berharap agar anaknya setelah pulang dari sekolah ia bisa menjaga adiknya yang masih kecil. Sejak bergaul dengan murid salah satu sekolah swasta di Kota Bandung tersebut (cenderung anak  nakal ) ia mengikuti kebiasaan mereka yaitu ikut-ikutan merokok secara sembunyi-sembunyi di lapangan, awalnya ia coba-coba tetapi lama kelamaan menjadi kecanduan. Akhirnya waktu untuk belajar menjadi males karena ia lebih penting untuk merokok, tetapi lama kelamaan ia merasa bosan bahwa merokok itu tidak enak dan rasanya pahit. Ia mengakui bahwa selama ini apa yang dilakukan tidak baik serta dapat merugikan diri sendiri( boros uang). Bahkan jika uangnya sudah habis namun veyza ingin merokok dia tidak segan-segan untuk meminta uang pada adik kelas atau teman-temannya dengan alasan untuk jajan makanan padahal usai pulang sekolah dibelikan rokok.

 

3.      Aspek/ bidang-bidang masalah

Bidang masalah yang dihadapi adalah masalah sosial dikarenakan klien pengaruh lingkungan pertemanannya disekitar yang tidak mendukung sehingga membuat klien tertarik  merokok dengan motivasi coba-coba dan didorong oleh keinginan ikut-ikutan.

4.      Jenis-jenis masalah

Berdasarkan deskripsi kasus diatas maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa jenis masalah yang dialami klien adalah masalah kebiasaan merokok sehingga dalam pembelajaran biasanya menjadi malas untuk belajar, lupa waktu untuk tidak mengerjakan PR, suka mengacuhkan perintah (mengabaikan), membuang-buang uang untuk membeli rokok, tidak konsentrasi dalam penerimaan pelajaran, hubungan antara keluarga menjadi renggang, boros untuk membeli rokok yang akhirnya berdampak negatif seperti menjadi lupa untuk belajar sehingga klien  menjadi malas  belajar karena terlalu banyak waktu yang terbuang untuk merokok.

5.      Analisis masalah

Bedasarkan hasil wawancara penulis mengambil kesimpulan bahwa klien yang bernama Veyza merupakan peserta didik kelas VIII dari SMPN 43 Kota Bandung. Klien termasuk peserta didik yang baik namun di karenakan pengaruh lingkungan pertemanannya disekitar yang tidak mendukung maka membuat klien ini menjadi kebiasaan merokok. Klien awal mula tertarik dengan merokok dari kelas VII dengan motivasi coba-coba dan adanya dorongan pengaruh dengan teman sebaya atau teman sepergaulan. Hal  ini klien merokok berawal dari coba-coba untuk menunjukkan jati dirinya, maka lama kelamaan menjadi sebuah kebutuhan yang dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi perokok, tanpa menghiraukan dampaknya bagi diri dan lingkungannya. Peserta didik beranggapan bahwa merokok itu enak tetapi lama kelamaan merasakan tidak enak karena merasakan pahit serta mencoba untuk berhenti. Deskripsi di atas menunjukkan bahwa meskipun dampak merokok sangat tidak baik bagi pengguna maupun orang lain, namun kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi perokok, namun di lain pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi perokok sendiri maupun orang-orang disekitarnya.

 

B. Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data-data yang diinginkan dan yang mendukung      dalam penulisan ini maka ada beberapa teknik pengumpulan data yang sesuai untuk digunakan dalam penulisan ini yaitu :

1.      wawancara ( interview)

Interview berisikan pertanyaan-pertanyaan lisan yang ditanyakan oleh interview dan di jawab oleh interviwi, yang bisa dimanfaatkan untuk menggali tentang keyakinan, sikap dan pengalaman interviwi secara mendalam (Gall dkk 2003:222).

Berdasarkan teori diatas dapat di simpulkan wawancara adalah mencari sebuah data dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk mendapatkan data yang lebih jelas dan komplit tentang sesuatu baik dari konselor bahkan konseli itu sendiri. Masalah konseli yaitu kebiasaan merokok pada peserta didik kelas VIII SMPN 43 Kota Bandung.

2.      Angket

Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya  atau hal-hal yang ia ketahui(Suharsimi Arikunto,2006:151).

Angket didefinisikan sebagai sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis tentang data faktual atau opini yang berkaitan dengan diri responden,yang dianggap fakta atau kebenaran yang diketahui dan perlu dijawab oleh responden(Anwar,2009:167).

 

C. Identifikasi Masalah

           Beberapa masalah yang dapat diidentifikasi dalam penulisan ini antara lain       

1.        Sesuai dengan permasalahan bahwa di SMPN 43 Kota Bandung ditemukan peserta didik yang memilki kebiasaan merokok.

2.        Aspek kebebasan peserta didik khususnya peserta didik kelas VIII di SMPN 43 Kota Bandung untuk memaknai seperangkat prinsip tentang benar dan salah, yang wajib dan yang hak, apa yang penting dan apa yang tidak penting belum diarahkan secara optimal.

 

D. Penggunaan dan Pengolahan Data

Berdasarkan data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, kehidupan peserta didik SMPN 43 Kota Bandung yang mengkonsumsi rokok dapat dijelaskan bahwa pola jawaban dan motivasi remaja merokok adanya anggapan bahwa pengenalan gaya hidup remaja harus selalu fleksibel, tidak apatis dan selalu mengikuti perkembangan gaya hidup modern. Hal ini sesuai dengan pendapat Erikson (1968) menjelaskan bahwa masa remaja adalah masa krisis pencarian identitas diri yang menunjukkan bahwa pada masa ini individu dihadapkan pada tugas perkembangan yang utama yaitu menemukan kejelasan identitas, terutama yang berhubungan dengan tugas-tugas perkembangan selama masa remaja, meliputi penerimaan keadaan fisik, peran seks secara sosial, membentuk hubungan baru dengan lawan jenis, kemandirian emosi dan ekonomi, memilih pekerjaan, mengembangkan keterampilan intelektual, memilih tata nilai yang menuntun perilaku, mengembangkan perilaku sosial dan mempersiapkan perkawinan (Havinghurst, dalam Papalia, 1998). Erikson menamakan proses tersebut sebagai proses mencari identitas ego (Monks, 1999).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

DIAGNOSA

    

A.    Penyebab Masalah

Setelah diadakan konseling maka dapat diperoleh data-data yang menunjukkan bahwa faktor penyebab peserta didik yang melakukan kebiasaan merokok adalah sebagai berikut :

a.       Kepribadian yang lemah

b.      Ketidak mampuan mengendalikan diri

c.       Dorongan ingin tahu, ingin mencoba-coba, ikut-ikutan

d.      Tidak memikirkan akan bahaya merokok, pergaulan bebas

e.       Orang tua kurang atau tidak ada komunikasi dan keterbukaan

f.       Orang tua acuh dan tidak mengadakan pengawasan

g.      Orang tua tidak perhatian, memberi kehangatan, kasih sayang dan kemesraan dalam keluarga

h.      Adanya anggota kelompok sebaya yang menjadi pengedar merokok

Sehingga faktor yang menyebabkan peserta didik merokok antara lain  sebagai berikut :

Faktor kepribadian

Pelajar/ siswa merokok dengan alasan ingin melepaskan diri dan rasa sakit baik fisik maupun psikis, kebosanan dan sebagainya. Kepribadian yang kurang kuat seperti merasa dirinya kurang sukses, kurang hebat, kurang pandai bergaul akan mudah tergoda untuk merokok.

 Faktor sosial

Lingkungan mempunyai pengaruh yang cukup besar, misalnya karena teman-temannya pada merokok maka ia ikut-ikutan merokok biar dianggap gaul, keren dan sebagainya.

 

Faktor farmakologis

Didalam rokok mengandung nikotin, inilah yang menjadi biang keladi utamanya. Nikotin ini setelah sampai ke otak melalui peredaran darah akan menginduksi dopamine yang mengatur kesenangan dan kecanduan.

Pengaruh iklan

Iklan rokok melalui media masa baik tulis maupun elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan, mewah, membuat pelajar/ remaja sering terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang dicitrakan di iklan.

Pengaruh orang tua

Salah satu temuan tentang remaja/pelajar merokok adalah bahwa siswa yang berasal dari keluarga perokok akan mudah menjadi perokok. Untuk itu perlu diperhatikan karena orang  tua harus dapat menjadi figur yang baik dalam memberikan keteladanan pada anak- anaknya.

Ketidak tahuan akan bahaya merokok

Ketidak tahuan pelajar akan bahaya merokok akan menimbulkan pemahaman yang slah tentang rokok seperti dikiranya dengan merokok dapat membuat jadi pandai bergaul, terkesan lebih keren, dapat meningkatkan prestasi belajar, dan sebagainya. Dan anggapan itu semua salah, justru sebaliknya dapat mendatangkan berbagai penyakit yang berbahaya.

Berdasarkan penyebab dan data- data yang telah didapat maka dapat disimpulkan bahwa  faktor- faktor penyebab peserta didik melakukan kebiasaan merokok karena dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor kepribadian, sosial, pengaruh iklan, dan pengaruh orang tua.

 

 

 

 

 

B. Dampak buruk dari rokok bagi pelajar yaitu :

a.    Konsentrasi belajar terganggu

Bagi pelajar yang sudah terbiasa merokok, akan terganggu konsentrasi belajarnya terutama di sekolah karena selama 5- 6 jam siswa berada di sekolah harus menahan untuk tidak merokok padahal para perokok untuk tidak merokok selama 5-6 jam merupakan waktu yang cukup lama. Di samping  itu karena pelajar belum mempunyai penghasilan maka suatu saat akan kehabisan uang untuk memebeli rokok padahal keinginan merokok sangat kuat sehingga pikiran jadi kacau. Kalau di biarkan terus menerus dapat menjadi pemicu untuk berbuat negatif, misalnya mencuri atau tindakan tercela lainnya.

b.      Menurunkan prestasi belajar

Pelajar yang terbiasa merokok, apalagi ia tergolong dari kalangan kurang mampu, dia akan mengurangi uang jajan yang seharusnya untuk membeli makanan tetapi malah di belikan rokok, akibatnya kebugaran tubuh akan merosot yang pada akhirnya akan menurunkkan mutu belajarnya dan akibat yang lebih parah lagi kehilangan semangat belajar.

c.       Kecanduan

Pelajar yang awal mula mungkin inginnya coba-coba, ikut-ikutan lama –lama akan kecanduan. Kalau kondisi ini dibiarkan terus tidak mustahil ia akan meningkat mengkonsumsi narkoba. Karena menurut beberapa pecandu narkoba pada umumnya dimulai dari kebiasaan merokok

d.      Pemborosan 

Merokok merupakan salah satu perilaku pemborosan, hanya sedikit manfaat dan bahkan tak ada manfaat yang bisa diambil, justru keburukan yang akan diperoleh. Oleh karena itu hindari merokok agar hidup lebih sehat dan menyenangkan.

 

 

 

 

 

C.    Kasus Yang Muncul

Berdasarkan deskripsi kasus diatas menunjukkan bahwa klien yang bernama Veyza merupakan peserta didik kelas VIII dari SMPN 18 Kota Bandung. Klien termasuk peserta didik yang baik namun di karenakan pengaruh lingkungan pertemanannya disekitar yang tidak mendukung maka membuat klien ini menjadi  merokok. Kasus yang muncul adalah Kebiasaan Merokok Pada Peserta didik Kelas VIII SMPN 43 Kota Bandung.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV

PROGNOSIS

 

A.    Pendekatan konseling yang digunakan dalam intervensi kasus

            Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan behavior. Corey (2003: 198) menyatakan bahwa pendekatan behavior tidak menguraikan asumsi-asumsi filosofis tertentu tentang manusia secara langsung. Setiap manusia dipandang  memiliki kecenderungan-kecenderungan positif dan negatif yang sama. Manusia pada dasarnya di dibentuk dan ditentukan oleh lingkungan sosial budayanya. Segenap tingkah laku manusia itu dipelajari.

                  Winkel (2004: 420) menyatakan bahwa konseling behavioristik berpangkal pada beberapa keyakinan tentang martabat manusia, yang sebagian bersifat falsafah dan sebagian bersifat psikologis, yaitu:

a.       Manusia pada dasarnya tidak berakhlak baik atau buruk, bagus atau jelek.

b.      Manusia mampu untuk berefleksi atas tingkahlakunya sendiri, menangkap apa yang dilakukannya, dan mengatur serta mengontrol perilakunya sendiri.

c.       Manusia mampu untuk memperoleh dan membentuk sendiri suatu pola tingkahlaku yang baru melalui proses belajar.

d.      Manusia dapat mempengaruhi perilaku orang lain dan dirinya pun dipengaruhi oleh perilaku orang lain

                  Disimpulkan bahwa hakikat manusia pada pandangan behavioris yaitu pada dasarnya manusia tidak memiliki bakat apapun, semua tingkahlaku manusia adalah hasil belajar. Manusia pun dapat mempengaruhi orang lain, begitu pula sebaliknya. Manusia dapat menggunakan orang lain sebagai model pembelajarannya.

 

B.   Treatment

Memberi layanan Program Hebat dan  konseling individual kepada klien sesuai kebutuhan yang sebelumnya telah diberitahukan kepada klien. Dalam konseling konselor selalu  dapat memberikan arahan-arahan kepada klien yang bermasalah tentang dampak dari hal-hal yang melanggar ketentuan norma dan moral. Misalnya tentang bahaya rokok, narkoba, serta minuman keras  dukungan, serta memberikan dorongan dan keyakinan bahwa klien bisa mengurangi dan menghilangkan kebiasaan merokoknya.

Dalam hal ini Strategi konseling yang digunakan adalah strategi self management yaitu perubahan perilaku untuk merubah kebiasaan buruk agar menjadi kebiasaan yang baik.

Langkah- langkah penyelesaian dalam menggunakan teknik pendekatan Behavior yaitu :

1.        Konselor menanyakan kepada klien tentang kebiasaan merokoknya dalam satu hari berapa bungkus klien mengkonsumsi rokok, lalu klien menjawab dalam satu hari ia mengkonsumsi 1 bungkus rokok. Disini konselor tidak akan langsung meminta klien untuk berhenti merokok tetapi konselor meminta klien dalam satu hari merokok 2 atau 1 batang. Karena kecanduan merokok itu tidak akan langsung berhenti tetapi untuk menghilangkannya yaitu dengan cara mengurangi merokok satu hari 2 atau 1 batang.

2.        Konselor mengarahkan kepada klien untuk mengemil ataupun memakan permen sebagai pengganti merokok agar kebiasaan merokok itu dapat hilang serta menjelaskan kepada klien tentang dampak merokok karena dengan merokok dapat merusak kesehatan seperti jantung, paru-paru dll, kemudian dalam pembelajarannya dapat terganggu sehingga konsentrasi belajar menjadi terganggu dan menurunkan prestasi belajar, serta pemborosan dalam uang.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB V

PENUTUP

 

A.        Kesimpulan

Merokok di kalangan remaja khususnya siswa tidak dapat dipungkiri lagi sering terjadi. Fase remaja adalah masa dimana ketergantungan terhadap teman sebayanya sangat tinggi. Oleh karena itu, seringkali remaja (siswa) enggan untuk menolak ajakan teman-teman sebayanya, termasuk juga untuk merokok. Siswa yang mau saja diajak oleh temannya untuk merokok berarti dia tidak mempunyai ketegasan dalam dirinya. Biasanya siswa yang merokok karena diajak temannya karena dia merasa tidak enak kepada temannya atau dia merasa takut bila dijauhi oleh teman-temannya.        

            Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa Faktor yang mendorong peserta didik kelas VIII di SMPN 43 Kota Bandung memiliki kebiasaan merokok yaitu Berawal dari coba-coba dan menunjukkan jati dirinya, sehingga  lama kelamaan menjadi sebuah kebutuhan yang dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi perokok, tanpa menghiraukan dampaknya bagi diri dan lingkungannya. Peserta didik beranggapan bahwa melalui rokok akan tampak gagah, jantan dan diperhitungkan oleh lingkungan dalam kelompoknya. namun di lain pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi perokok sendiri maupun orang-orang disekitarnya.

B.     Saran

              Untuk mengurangi resiko terhadap bahaya rokok maka kepada pihak sekolah agar melakukan bimbingan dan konseling terhadap peserta didik terutama pada laki-laki yaitu tentang bahaya merokok yang berpengaruh terhadap lingkungan dan kesehatan. Pihak sekolah agar tegas dalam memberikan sanksi kepada peserta didik yang merokok pada jam sekolah dan selalu berkomunikasi dengan orang tua.

              Bagi peserta didik sebaiknya menghentikan kebiasaan berperilaku merokok yang akan membawa dampak pada kesehatan yang pada akhirnya menyebabkan rasa ketergantungan serta peserta didik diharapkan untuk menjaga kesehatan fisik dan mental, dan mengalihkan perhatian diri dari perilaku merokok.

              Orang Tua hendaknya lebih berhati-hati dalam memberi contoh perilaku dalam lingkungan keluarga dan pengawasaan perilaku orang tua diharapkan menjadi bekal dalam bergaul dilingkungan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

·         Anwar Sutoyo. 2009. Pemahaman Individu. Semarang: PT. Widya Karya

·         Arikunto suharsimi.2006. Prosedur Penelitian Sesuatu Pendekatan Praktik. Jakarta Renika Cipta:Jakarta

·         Juntika Ahmad. 2005. Strategi  Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Refika Adita

·         Manastas, Lagita.2007. Filosofi Rokok. Yogyakarta : Katalog Dalam Terbitan.

·         Pusat Promosi Kesehatan Departement Kesehatan Republik Indonesia.

·         Rahman, Arif., dkk.2005. Sosiologi. Yogyakarta : Saka Mitra Kompetensi.

·         Sudjadji, Bagad.2005. Biologi Sains Dalam Kehidupan. Surabaya : Katalog Dalam Terbitan.

·         Suharto. Majalah Kesehatan Keluarga. Jakarta : P.T. Dian Rakyat.2008.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Peranan Guru Bimbingan dan Konseling di SMPN 43 Bandung Pada Masa Pandemi Darurat Covid 19

  Peranan Guru Bimbingan dan Konseling di SMPN 43 Bandung  Pada Masa Pandemi Darurat Covid 19  (Deskripsi Pengalaman dalam pendampingan si...